Para mahasiswa kala itu harus merogoh kocek hingga Rp500 untuk fotokopi 20 lembar buku diktat praktikum dari dosen.
CT akhirnya memutuskan membangun bisnis fotokopi bersama temannya. Dia menawarkan harga fotokopi lebih rendah, yaitu Rp150 per 20 lembar. Dia juga menjual buku diktat seharga Rp300.
Ide bisnis CT akhirnya laris manis, bahkan dia mampu menjual hingga 100 buku diktat dan memperoleh keuntungan sebesar Rp15 ribu.
Nah dari situlah insting pebisnisnya mulai muncul dan kesempatannya untuk mendapatkan puluhan ribu atau bahkan sampai jutaan mulai terasa lebih mudah.
Baca Juga: Mengenal QRIS dan Cara Menggunakannya
2. Bisnis Alat Kesehatan dan Kontraktor
Tak cukup hanya berbisnis Fotokopi, CT pun akhirnya memperluas bisnisnya ke sektor kesehatan.
Dia menjual berbagai peralatan kedokteran serta laboratorium di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Namun, usaha kesehatan tersebut mengalami kebangkrutan karena banyaknya pesaing. Bahkan pesaingnya bersebelahan dengan toko yang dibangun CT.
Setelah itu, CT juga sempat membuka bisnis kontraktor. Namun, lagi-lagi dia gagal. Pun begitu semangatnya tidak luntur begitu saja dan terus berusaha.
Baca Juga: Cocok untuk Keseharian dan Komersil, Falken Tawarkan Banyak Pilihan Tipe Ban Mobil
Editor : Dian Eko Prasetio