Perlu sobat viral ketahui, burung puyuh tidak mudah terserang penyakit dan dapat menguntungkan bagi para peternak. Bahkan, umur burung puyuh dapat mencapai 3 hingga 5 tahun dengan perawatan yang optimal.
Terdapat beberapa Jenisnya
Perlu sobat viral tahu, ada 4 jenis burung puyuh di dunia. Diantaranya, puyuh jepang, puyuh batu, puyuh gonggong jawa, dan bobwhite. Di Indonesia sendiri jenis burung puyuh paling banyak di dominasi gonggong jawa yang memiliki ciri fisik berwarna corak variasi garis dan totol totol.
Meskipun demikian di Indonesia sendiri banyak peternak yang kerap memilih untuk menternak burung puyuh jenis puyuh jepang, hal tersebut dikarenakan puyuh jepang mampu menghasilkan sekitar 300 telur per tahun dengan bobot telur sekitar 10 gram per butirnya.
Ladang usaha menjanjikan
Burung puyuh memiliki banyak peminatnya, untuk itu menternak burung puyuh bisa menjadi usaha bagi siapa saja. Terlebih harga burung puyuh lebih mahal dibandingkan dengan terlur ayam.
Baca Juga: Manfaat Sarang Burung Walet, Dari Kesehatan Sampai Kecantikan
Selain telurnya, daging puyuh juga kerap diperjual belikan karena rasa daging puyuh cukup nikmat hampir serupa dengan daging ayam namun lebih lembut. mengkonsumsi daging maupun telurnya, mulai banyak diminati karena terbukti tinggi akan gizi dan proteinnya.
Meski bentuknya lebih kecil dari kebanyakan unggas, namun paruh yang dimilikinya cukup kuat sebagai pertahanan diri. Banyak diternakkan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu, sebab bisnis dalam bidang ini ternyata mampu mendatangkan keuntungan berlipat.
Tidak terbang
Burung puyuh tidak terbang seperti burung pada umumnya, burung puyuh memiliki ukuran tubuh cukup mungil hanya berkisar 19 cm, ukurannya mungil tersebut membuat burung puyuh nampak menggemaskan.
Baca Juga: Ini Jenis-jenis Burung Walet dan Juga Sarangnya
Tetapi meskipun tubuhnya berukuran kecil, dan tidak terbang. Burung puyuh termasuk burung yang kuat dalam melakukan pertahanan hidup. Burung puyuh memiliki paruh pendek yang cukup kuat. Paruh tersebut seringkali menjadi bahan pertahanan diri, ketika dirinya merasa terancam.
Editor : Rozi Kurnia