Tak heran, satu bulan setelah menikah, kami hampir memutuskan untuk berpisah. Bukan karena kami tak sanggup memperjuangkan, tapi karena desakan dan tekanan orang2 yang terdekat yang membuat kami untuk melakukannya.
Untungnya, Allah hadirkan ia untuk selalu membersamaiku.
Baca Juga: Kemenag Sebut Aliran Dana ke Ponpes Al Zaytun Hanya Berupa Dana BOS
Betapapun banyak cacian yang dituduhkan padanya seolah menjadi "biang kerok" kebangkrutan bisnis yang Saya jalankan ketika itu.
Tapi aku mencoba tuk meyakinkan orang2 di sekitarku, bahwa ini bukan karena kesalahannya, melainkan murni karena kebodohan & kecerobohanku. 1 bulan berlalu...
Di pagi hari ketika itu, istriku mengabari, "Mas, aku positif hamil..."
Seperti pasangan lain pada umumnya, tentu hati ini langsung berucap syukur alhamdulilah....
Terimakasih ya Allah, karena engkau menitipkan anak pada kami. Semoga kelak jadi anak sholeh/sholehah yang berbakti pada orang tuanya dan taat pada agamanya. aaamiin...
Namun apa yang terjadi? Keluargaku, sempat kecewa dan bilang, "Udah tahu hidup lagi susah! Ini malah hamil lagi. Gimana sih..." Istrikupun langsung meneteskan air mata karena tak sanggup membendung kesedihan atas ucapan tersebut. Aku pun kembali menenangkan,
"Kamu harus yakin, adanya anak ini, akan menjadi sumber rezeki tersendiri buat keluarga kita. Jangan pernah kau gugurkan. Besarkan anak kita ini dan buktikan pada orang2 di sekitar kita bahwa kita bisa melalui ujian ini..."
Editor : Hadi Mulyono