LABVIRAL

Peringati Hari Puisi Nasional, Yuk! Kenang Karya Penyair Legendaris Chairil Anwar

Peringati Hari Puisi Nasional, Yuk! Kenang Karya Penyair Legendaris Chairil Anwar (Sumber : Freepik)

LABVIRAL.COM - Setiap tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Tujuan dari diperingatinya Hari Puisi Nasional ini sebagai bentuk menghormati dan menghargai karya-karya penyair di seluruh dunia.

Diketahui juga bahwa di tanggal 28 April diperingati sebagai wafatnya penyair legendaris Indonesia yaitu Chairil Anwar.

Baca Juga: Link Twibbon Hari Kartini 2023, Lengkap Dengan Ucapan Selamat Hari Kartini

Untuk memperingati Hari Puisi Nasional di tanggal 28 April, kamu bisa merayakannya dengan mengingat puisi dari penyair legendaris yaitu Chairil Anwar.

Dikutip LabViral dari berbagai sumber, berikut berbagai macam puisi dari Chairil Anwar yang bisa  dikenang di Hari Puisi Nasional. 

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan HUT Kopassus 2023, Lengkap Dengan Twibbon Desain Keren

Sendiri

Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Selamat Lebaran 2023 untuk Suami Istri, Romantis Penuh Makna dan Doa

Sia-Sia

Penghabisan kali itu kau datang
Membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

Penghidupan

Lautan maha dalam
Mukul dentur selam
Nguji tenaga pematang kita
Mukul dentur selama
Hingga hancur remuk redam Kurnia Bahagia
Kecil setumpuk
Sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk.

Tak Sepadan

Aku kira,
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.
Dikutuk sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa apa
Aku terpanggang tinggal rangka.

Editor : Rozi Kurnia

Tags :
BERITA TERKAIT