LABVIRAL.COM - Film layar lebar bertajuk Sewu Dino sedang tayang di seluruh bioskop Tanah Air. Film yang disutradari oleh Kimo Stamboel itu menjadi perbincangan hangat publik. Pasalnya, film yang diadaptasi dari karya Simpleman itu erat dengan kebudayaan Jawa.
Sewu Dino dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai tradisi selamatan memperingati orang yang meninggal tepat seribu harinya. Kebudayaan atau tradisi itu sudah sangat lama melekat pada masayarakat Jawa.
Tradisi Sewu Dino sudah ada sejak masa Hindu dan Budha. Tradisi tersebut memiliki tujuan untuk menghormati roh leluhur yang telah tiada.
Dengan adanya perkembangan zaman, terutama saat Islam sudah mulai masuk, tradisi Sewu Dino tetap dipertahankan oleh para Wali Songo.
Baca Juga: Sinopsis Sewu Dino, Wanita yang Bekerja Merawat Korban Kutukan Santet
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Sewu Dino, Karina Suwandi Pemeran Mbah Karsa Turun Berat Badan 7 Kilogram
Arti Sewu Dino menurut Primbon Jawa
Arti Sewu Dino menurut Primbon Jawa adalah sebuah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Peringatan tersebut dalam bentuk selamatan seribu hari meninggalnya seseorang,
Penghitungannya itu tentu menggunakan hitungan kalender Jawa. Biasanya, kalau merujuk pada kalender Masehi, maka akan terhitung sekitar dua tahun lebih sembilan bulan setelah orang meninggal.
Dalam Primbon Jawa, masyarakat yang melakukan acara selamatan Sewu Dino itu memanfaatkan penanggalan Jawa. Penanggalan Jawa ini selalu menjadi patokan untuk menghitung. Seperti adanya jenis hari Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Lima hari pasaran itulah yang dijadikan patokan.
Editor : Efendi AW