LABVIRAL.COM - Pengobatan tradisional gurah memang dekat dengan seni suara. Hal ini bisa dilihat sejak gurah dikenalkan pertama kali oleh Kiai Marzuqi di lingkungan Pesantren Ar-Romly.
Zabidi, generasi kedua pengasuh Pesantren Ar-Romly mengatakan jika para santri memanfaatkan pengobatan gurah supaya mempunyai suara lebih merdu dan nyaring. Para santri yang memanfaatkan gurah terutama yang menjadi qori.
Qori adalah orang yang mahir seni baca Al-Quran. Para qari yang telah digurah tersebut akan mempunyai suara yang lebih merdu dan nyaring. Pasalnya, kotoran yang ada di tenggorokan telah dibersihkan.
Lebih lanjut Zabidi mengungkapkan seiring perkembangan zaman, tak hanya para santri saja yang melakukan gurah demi mendapatkan suara merdu. Pengobatan gurah juga diburu penyanyi untuk mendapat suara merdu.
"Banyak artis penyayi dari Jakarta yang berobat dengan metode gurah ini. Seperti para penyanyi dangdut, campursari dan banyak yang lainnya," jelas Zabidi.
Praktisi gurah lain yang populer di Wukirsari adalah M. Hisyam. Di tempat gurah M. Hisyam ini pernah melayani beberapa penyanyi kondang tanah air.
"Kalau dulu zaman Mbah Hisyam itu ada Niki Astria, Ada Iwan Fals juga gurah di sini, terus Arman Maulana. Dulu banyak banget artis-artis yang datang di sekitar tahun 2000-an. Gurah paling ramai memang pada tahun 1995 sampai 2000-an itu," kata Ahmad Dahroji, penerus generasi kedua pengobatan gurah M. Hisyam.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Obat Biang Keringat untuk Bayi
Potensi Ekonomi
Pengobatan tradisional gurah yang dikenalkan oleh Kiai Marzuqi dari daerah Giriloyo, Wukirsari, Imogori, Bantul memang sudah begitu populer. Sejak pertama kali dipraktikan oleh Kiai Marzuqi pada awal abad ke-20, gurah terus mengalami perkembangan dan semakin menyebar.
Pasalnya, teknik pengobatan tradisional gurah mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Termasuk para pasien yang setelah mencoba gurah, ia langsung bisa mempraktikannya pada orang lain.
Hal tersebut juga diamini oleh Ahmad Zabidi Marzuqi, anak Kiai Marzuqi. Menurutnya, siapa saja bisa mempraktikan pengobatan tradisional gurah, asalkan memiliki cairan dari akar pohon tanaman srigunggu.
Menurut generasi kedua penemu gurah ini, pengobatan tradisional gurah bisa menjadi potensi ekonomi sendiri. Orang-orang yang sudah pernah gurah ada yang mencoba menjadikan gurah sebagai pekerjaan utama, dan menjadi pekerjaan sampingan.
Penyebaran gurah ke berbagai pelosok Indonesia pun tak terlepas dari peran warga lokal Imogiri. "Dari penduduk di sini ingin buka pengobatan gurah di Jakarta, di Kalimantan, di Sulawesi hanya dengan membawa bahan dari akar tanaman srigunggu itu bisa," kata Zabidi saat ditemui di Pondok Pesantren (PP) Ar-Romly di Giriloyo, Wukirsari, Imogori, Bantul, Selasa (3/1) .
Selain itu, Zabidi yang juga melakukan pengobatan gurah ini tak pernah mematok harga kepada pasiennya.
"Kalau tarif di sini seikhlasnya. Kita tidak bisa mematok sekian-sekian itu tidak. Tapi paling tidak biasanya satu orang ada yang Rp30.000, ada yang Rp50.000, dan ada yang Rp100.000," terangnya.
Baca Juga: 7 Ramuan Herbal untuk Mengecilkan Perut Buncit, dari Teh Hijau sampai Air Jahe
Inovasi Baru
Teknik pengobatan gurah awalnya hanya dilakukan menggunakan cairan dari akar pohon srigunggu. Namun, dikarenakan pengobatan dengan memasukan cairan gurah ke dalam hidung terasa sakit, maka muncul inovasi teknik gurah lainnya.
Inovasi tersebut adalah hadirnya ramuan gurah dalam bentuk kapsul. Menurut laporan penelitian Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul (2020), menyebut jika pada tahun 1988, Djawadi, salah satu praktisi gurah membuat ramuan kapsul.
Kapsul dari ramuan akar srigunggu ini ditelan melalui mulut, dan tidak terasa sakit. Hadirnya inovasi kapsul adalah siasat terhadap ketakutan rasa sakit dari gurah dengan cairan ke dalam hidung.
Ramuan yang dibuat oleh Djawadi ini mengkombinasikan akar srigunggu dengan bahan-bahan rempah lain. Seperti kencur, jahe, kunyit kuning, kunyit putih, temu hitam, adas pulosari, merica, dan daun kumis kucing.
Jika gurah biasanya mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. Maka produk kapsul ini, cairan akan dikeluarkan melalui keringat, kencing, dan feses.
Baca Juga: Apa Madu Bisa Turunkan Kadar Gula Darah dan Kolesterol Jahat? Ini Penjelasan Khasiatnya
Teh Gurah
Selain kapsul gurah, inovasi lainnya yang cukup populer hingga saat ini adalah teh gurah. Produk teh gurah menjadi salah satu alternatif bagi orang-orang yang takut rasa sakit gurah, tapi ingin mencobanya.
Salah satu orang yang mengembangkan teh gurah adalah Latifudin. Pria berusia 51 tahun asli Wukirsari ini mengembangkan teh gurah menjadi industri rumahan.
Menurut Latifudin, dirinya pernah mencoba pengobatan gurah sebanyak tiga kali. Dari pengobatan yang dicoba itu Latifudin tetap merasa kesakitan. Akhirnya, ia berinovasi membuat teh gurah.
"Ramuan gurah cair dimasukan ke lubang hidung, kemudian terlentang dan telungkup, nanti akan keluar lendir selama 2 sampai 3 jam. Nah, ini cukup lama dan sakit. Dengan itu saya mengembangkan gurah dengan cara yang baru ini cukup diminum dalam bentuk teh," kata Latifudin.
Rasa dari teh gurah memang tak jauh beda dengan teh pada umumnya. Teh gurah menggunakan bahan baku 90 persen teh hitam, dan 10 persen srigunggu.
Teh gurah juga dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Seperti penyakit asma, sinusitis, kanker rahim, dan migrain.
Sama seperti produk kapsul gurah, kotoran akan keluar melalui keringat, kencing, dan pada saat buang air besar.
Namun, untuk penderita asma, Latifudin menyarankan bisa menghirup teh gurah ini sebelum diseduh pada malam dan pagi hari.
"Ada yang sudah sembuh itu dari penyakit asma. Kalau untuk saluran pernafasan, ada dua cara. Cara pertama adalah saat kondisi teh masih kering bisa dihirup, dan nanti akan ada efek bersin-bersin, kemudian keluar lendir, dan menimbulkan sakit. Cara kedua adalah diseduh layaknya teh biasa. Kalau 1 kotak isinya 15, ini bisa diminum selama 15 hari," jelas Latifudin.
Latifudin mengaku menggeluti teh sudah cukup lama. Terhitung sejak sebelum peristiwa gempa di Yogyakarta 2006, ia sudah memproduksi teh gurah.
Namun, waktu itu produk teh gurah masih dalam bentuk teh seduh yang belum dikemas seperti teh celup.
"Dari teh gurah ini saya bisa ikut serta mengangkat perekonomian masyarakat sekitar karena bahan bakunya dari mereka yang menjadi petani srigunggu. Kemudian untuk warga sekitar yang bekerja di saya ada 13 orang. Tiap hari kita produksi, jadi yang masuk sekitar 4 sampai 7 orang saja," tegasnya.
Editor : Efendi AW