Tidak ada kasus manusia yang tertular virus dari kucing yang pernah tercatat, dan sebagian besar kasus berasal dari pekerjaan yang berhubungan dekat dengan unggas.
Ada kekhawatiran bahwa virus ini dapat bermutasi menjadi jenis yang lebih menular ke manusia, yang akan menjadi masalah besar di seluruh dunia.
"Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat penyebaran virus yang luas pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia, termasuk pada manusia," ujar Sylvie Briand, seorang pejabat WHO, pada tanggal 24 Februari. "WHO menanggapi risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak kewaspadaan yang lebih tinggi dari semua negara."
Apa saja gejala dan penyebab peningkatan kasus secara tiba-tiba?
Kucing yang terinfeksi menunjukkan tanda-tanda neurologis, seperti kelumpuhan dan kejang, dan menjadi sakit parah.
Perlu dicatat, Flu Burung jarang menyerang hewan peliharaan, tetapi kasus pada kucing telah dikaitkan dengan konsumsi unggas liar yang sakit atau mati atau berada di lingkungan yang terkontaminasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan bahwa virus ini tampaknya tidak menyebar dari kucing ke kucing, dan tidak ada laporan tentang penyakit pada pemilik kucing atau individu yang terpapar kucing yang terinfeksi.
Baca Juga: Puluhan Kucing Mendadak Tewas di Jakarta Utara, Ini Tanda-tandanya Sebelum Mati
Mayoritas kucing yang terinfeksi tinggal di dalam ruangan dengan sebagian akses ke luar ruangan, sementara yang lainnya adalah kucing luar ruangan yang terpapar burung liar, yang berpotensi menjelaskan infeksi mereka.
Beberapa kucing yang terinfeksi diberi makan unggas mentah atau bagian dari unggas, yang dapat berkontribusi pada paparan mereka terhadap virus.
Editor : Rozi Kurnia