LABVIRAL

Muhammadiyah Ungkap 3 Alasan Penggunaan Metode Hisab

Metode Hisab Muhammadiyah. (Sumber : muhammadiyah.or.id)

LABVIRAL.COM - Organisasi Islam Muhammadiyah hingga saat ini menggunakan metode hisab wujudul hilal dalam menghitung kalender Hijriyah atau Qamariyah.

Itulah sebabnya penentuan awal Ramadan, 1 Syawal (Idul Fitri) dan 10 Dzulhijjah (Idul Adha) bisa dilakukan Muhammadiyah tanpa harus melihat wujud bulan.

Metode hisab sendiri secara umum adalah cara menghitung pergerakan bulan untuk menentukan setiap tangga dalam kalender Hijriyah menggunakan ilmu falak (astronomi).

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan terdapat tiga alasan mengapa metode hisab akan terus digunakan.

Dikutip dari situs resmi Muhammadiyah pada Rabu, 19 April 2023, penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal secara praksis bertujuan untuk menjawab keresahan umat tentang penentuan waktu-waktu penting ibadah umat Islam.

Adapun tiga alasan digunakannya cara tersebut oleh organisasi Islam Muhammadiyah yakni sebagai berikut:

1. Landasan teologis atau keagamaan

Alasan pertama berkaitan dengan landasan teologis atau keagamaan yang berdasar pada Al-Qur’an maupun hadis.

Dalam Al-Qur’an tidak sedikit ayat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu termasuk hadis Nabi Muhammad saw.

2. Sains

Selanjutnya karena pertimbangan sains bahwa Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu pengetahuan.

"Bagi kami tidak bisa melihat dan tidak bisa tampak di hadapan kita belum tentu hilal itu tidak ada. Bagi kami konsepnya jauh lebih kuat jika konsepnya wujud atau ada,” kata Haedar Nashir.

3. Alasan praksis atau kemudahan

Alasan Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang terakhir adalah berkaitan dengan kemudahan bukan kesusahan.

“Muhammadiyah memandang kemudahannya banyak dari metode hisab itu,” tambah Haedar.

Menurutnya, salah satu kemudahan yang bisa didapat ialah bahwa umat Islam akan lebih mudah menentukan rencana, karena penentuan waktu-waktu penting.

"Dengan hisab kita akan bisa menghitung 50 sampai 100 tahun ke depan. Tapi kalau misalkan tunggu besok satu min H, itukan susah. Dan seperti hidup kita sehari-hari dalam bertransaksi dengan kalender yang kemudian menjadi pasti,” tegas Haedar Nashir.***

Editor : Hadi Mulyono

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI