LABVIRAL.COM - The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, merilis data terbaru tentang orang Amerika Serikat yang minum obat tidur bagi insomnia. Data itu menunjukan sekitar 20% orang dewasa AS minum obat tidur yang dilakukan secara teratur maupun tidak teratur.
CDC menemukan bahwa sekitar 8,4% orang dewasa di AS minum obat baik setiap hari atau hampir setiap hari untuk tetap atau tertidur. Sementara 10% orang dewasa kemungkinan minum obat tidur hanya beberapa hari.
Dr. Baljinder S. Sidhu, ahli paru dan spesialis tidur mengungkapkan bahwa banyaknya orang yang minum obat tidur tentu sangat mengkhawatirkan.
Baca Juga: Pola Diet BRAT, Cara Tepat Mengobati Diare di Rumah
“Data terbaru bahwa hingga 20% orang Amerika menggunakan obat untuk membantu mereka tidur sangat mengkhawatirkan,” kata Dr. Baljinder S. Sidhu sebagaimana dilansir dari dnyuz, Rabu (15/3/2023)
“Ini mengkhawatirkan terutama dalam menghadapi bukti yang berkembang tentang bahaya atau kematian yang terkait dengan pengobatan semacam itu, bahkan ketika digunakan dalam jangka pendek,” sambungnya.
Hasil studi tersebut berasal dari survei kesehatan yang menanyakan partisipan apakah mereka mengonsumsi obat tidur selama 30 hari terakhir.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Salak Bisa Mengobati Diare? Ini Kata Ahlinya
Dalam survei itu menunjukan, pada tahun 2020, 6,3% orang dewasa minum obat tidur setiap hari dalam 30 hari terakhir, 2,1% minum obat hampir setiap hari, 10,0% minum obat beberapa hari, dan 81,6% tidak pernah minum obat.
“Di antara semua orang dewasa, penggunaan obat tidur meningkat seiring bertambahnya usia, menurun seiring meningkatnya pendapatan, dan lebih tinggi di antara orang dewasa kulit putih non-Hispanik dibandingkan dengan orang dewasa dari ras lain dan kelompok asal Hispanik,” demikian catatan laporan tersebut mengenai temuan utamanya.
Para peneliti menganalisis data dari Survei wawancara kesehatan nasional 2020 terhadap orang dewasa berusia 18 tahun ke atas untuk mengetahui persentase pria dan wanita yang menggunakan obat untuk tidur.
Baca Juga: Mengenal Kutu Rambut, Pembuat Kepala Gatal Gak Karuan
Hasil Studi
Studi tersebut menemukan bahwa orang dewasa minum obat untuk tidur dengan bertambahnya usia, yakni 5,6% yang berusia 18-44, sebanyak 10,1% yang berusia 45-64, dan 11,9% berusia 65 tahun ke atas.
“Laki-laki Hispanik lebih mungkin minum obat tidur daripada pria Asia non-Hispanik, sementara di kalangan wanita, kelompok ini tidak berbeda,” catat laporan tersebut.
Sleep Foundation mencatat bahwa obat tidur tidak boleh menjadi pilihan pertama untuk mengobati insomnia.
Baca Juga: Cara Sederhana untuk Atasi Sembelit di Rumah
“Karena mereka dapat membuat ketagihan dan sering disertai dengan efek samping, American College of Physicians dan American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan untuk menggunakan teknik lain sebelum beralih ke obat tidur farmasi,” menurut situs web Sleep Foundation.
Penelitian memperkirakan risiko kematian 1,5 hingga lima kali lipat lebih tinggi akibat obat tidur.
“Perawatan non-obat/resep seperti terapi perilaku kognitif (CBT), terapi cahaya bila perlu, dll. Harus dilakukan sebelum menggunakan obat tidur,” catat Dr. Sidhu dari California.
Baca Juga: Cara Mudah Cegah Rambut Kutuan, Ayo Dicoba!
Oleh akrena itu, ia Sidhu mengatakan bahwa gunakan obat tidur dengan hati-hati. Menurutnya, obat tidur dapat memberikan kesan yang salah tentang seperti apa rasanya tidur normal.
Editor : Arief Munandar