Temuan ini membantu menjelaskan mengapa beberapa budaya dan kelompok sosial menerima tampilan mewah sementara yang lain menghindarinya.
Misalnya, budaya Barat dan kaum liberal kaya cenderung menghargai kesetaraan dalam masyarakat, tetapi budaya Asia dan kaum konservatif kaya cenderung menghargai tatanan sosial.
Sementara itu, Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Dewi Ilma Antawati mengatakan dalam psikologi klinis perilaku memamerkan dikaitkan dengan rasa tidak aman (insecurity), yang dimiliki seseorang.
Alhasil, ada dorongan untuk memamerkan apa yang menurutnya unggul pada orang lain.
Baca Juga: Agar Tetap Terhidrasi dan Sehat, Ini 4 Cara Meningkatkan Kolagen Kulit
“Itulah sebabnya ada orang yang merasa tidak percaya diri datang ke pesta atau acara-acara tertentu jika tidak mengenakan barang yang bermerek, dan lebih nyaman jika datang mengenakan barang bermerek, karena adanya kekhawatiran tidak diterima atau dianggap rendah oleh orang lain,” ujar Dewi di laman UM.
Jika seseorang posisi pengamat, kata Dewi, maka respon masyarakat tidak perlu berlebihan terhadap orang yang melakukan pamerkan kekayaan. Seseorang cukup memahami mengapa seseorang melakukan hal tersebut.
“Untuk mencegah agar kita tidak menjadi pelaku pamer kekayaan, maka kita perlu mengenal kekuatan dan kelemahan diri, menerima kekuatan dan memaafkan kelemahan yang dimiliki, berusaha terus melakukan pengembangan diri, serta meningkatkan empati dengan cara memperbanyak kegiatan sosial dan berbagi dengan orang lain,” tukasnya.
Editor : Dian Eko Prasetio