LABVIRAL

15 Kalimat Toxic Positivity yang Sering Kamu Dengar

15 Kalimat Toxic Positivity yang Sering Kamu Dengar

LABVIRAL.COM, Toxic positivity adalah perilaku memfokuskan diri pada hal positif sambil mengabaikan dan menekan perasaan negatif. Dalam sehari-hari kamu pasti sering mendapat kalimat-kalimat toxic positivity atau justru melakukannya sendiri.

Sadar nggak hayo, kalau beberapa kalimat yang sepertinya sepele bahkan dianggap umum sebenarnya adalah contoh kalimat toxic positivity. Kalimat ini biasanya menjebak kita untuk terus berjuang padahal kita sebenarnya sedang butuh istirahat. 

Berikut ini contoh-contoh kalimat toxic positivity.

1. "Yuk bisa yuk"

Meski terkesan memberi semangat, tapi kalimat ini seolah tak memberi jeda untuk merasakan rasa sedih atau kecewa, dan dipaksa untuk cepat bangkit. Ingat, kesehatan mental kamu juga penting, jadi beri diri sendiri jeda. 

2. "Semua ada hikmahnya kok"

Alih-alih mengatakan kalimat di atas, kamu bisa lebih berempati dengan mengatakan "kalau ada apa-apa aku siap ada untuk kamu" kepada teman kamu yang baru saja gagal mencapai sesuatu. Beri temanmu waktu untuk meresapi kegagalan dan memperoleh pengalaman dari kegagalannya, jangan didorong untuk segera bangkit apalagi mengerjakan proyek baru di saat dirinya tidak siap.

3. "Kamu sih mending, daripada aku?"

Ini sih juga sering banget pasti kamu dengar, bukan empati ini sih, kalimat seperti ini namanya adu nasib. Ingat, setiap orang memiliki porsi sedih dan senangnya masing-masing. Setiap orang juga sudah ada jatah rezekinya masing-masing, jadi nggak ada yang lebih "mending" saat terkena musibah.

4. "Bersyukur saja masih bisa kerja, daripada si A?"

Ungkapan menyuruh seseorang bersyukur ketika ia curhat masalah di kantornya, itu ialah contoh ketidakpedulian yang cenderung masuk dalam golongan toxic positivity lho. Orang kalau lagi curhat itu butuh didengarkan, sekalipun kamu tidak bisa memberinya solusi, tetap dengarkan saja. Kamu juga tidak harus mengatakan hal-hal yang kamu pikir bisa menyemangatinya. Sebab, sebenarnya yang dibutuhkan si temanmu yang sedang curhat masalah kerjaannya hanya sedang ingin melepaskan stresnya saja. Bantu dia untuk melepaskannya dengan mendengarkan. Kalau kamu bisa kasih ide supaya dia bisa menjadi lebih baik lagi sih bagus, tapi kalau tidak punya lebih tidak mengatakan apapun. Cukup dengarkan. 

5. "Kamu itu beruntung lho, masalahnya nggak sebesar si anu.."

Toleransi seseorang terhadap musibah itu berbeda-beda, jadi jangan sekali-kali malah membandingkan masalah orang lain untuk menghibur temanmu yang juga sedang ada masalah.

6. "Tenang saja, nanti juga berlalu kok"

Memang benar setiap masalah pasti akan berlalu dan terlewati, namun nggak ada salahnya kan merasakan kesedihan dan patah hati saat ini juga? wajar pula ketika ada sesuatu emosi negatif kita menanggapinya dengan proses down lebih dulu. Supaya temanmu yang sedang down itu tidak berlarut-larut down, mungkin kamu bisa mengajaknya nonton film yang seru atau berlibur supaya stresnya berkurang. Tidak usah memberinya kata-kata positif, tapi biasanya kamu ada di dekatnya saja, itu sudah cukup supaya dia tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk.

7. "Pikirkan saja hal-hal yang bahagia"

Kalimat ini justru cenderung denial pada perasaan sedih, marah dan kecewa. Perasaan seseorang itu sesuatu yang komplek, jadi kamu jangan coba mengaturnya. Justru malah harus diterima lebih dulu, agar pemulihannya juga lebih legowo.

8. "Tetap positif, buang perasaan negatif itu, yuk!"

Optimis itu perlu, tapi memvalidasi perasaan sejenak juga penting lho. Agar olah rasa kita lebih peka dan tidak jadi racun kelak dikemudian hari.

9. "Jangan berhenti sampai kamu sampai ke tujuanmu"

Kalimat yang seolah penyemangat ini ternyata juga kurang pas untuk kita sampaikan ke orang lain yang sedang lelah dan butuh istirahat dari ‘perjalanannya’. Sebab dalam mencapai tujuan, diperlukan waktu untuk beristirahat sebentar, bernafas, dan berpikir strategi yang lebih efektif.

10 "Masak begini saja menyerah?"

Bukannya menyemangati justru kalimat ini menjurus pada meremehkan. Orang dengan toxic positivity pasti nggak sadar apa yang ia katakan justru menyakiti.

11. "Kalau aku bisa, kamu pasti bisa"

Lagi-lagi membandingkan kemampuan orang lain dengan diri sendiri. Bukan malah memberi semangat justru bikin orang lain tertekan.

12. "Apapun yang terjadi, aku harus bisa"

Mengucapkan "apapun yang terjadi" pada diri sendiri justru seolah-olah tak apa menceburkan diri ke hal-hal yang tidak logis demi mencapai tujuan. Untuk mencapai sesuatu itu butuh strategi. Jadi, lebih baik buat dulu strategi kemudian jalankan. Kalau ada kesalahan, ya revisi dulu dengan rencana yang lebih matang, bukan membabi buta menjalankannya dengan motivasi “apapun yang terjadi, aku harus bisa” ya!

13. "Makanya, rajin sedekah"

Ketika orang lain sedang berkeluh kesah tentang kehilangan suatu materi, jangan sampai kamu menghakiminya karena kurang sedekah ya. Beneran nggak ada empati!

14. "Nggak papa, aku sudah biasa begini"

Toxic positivity juga bisa terjadi pada diri sendiri, dengan menganggap semuanya nggak apa-apa. Pikiran positif yang berlebihan ini juga bisa jadi racun pada diri.

15.  "Jangan lebay, gitu aja nyerah"

Membuat orang tak berlarut-larut tenggelam dalam kesedihan memang baik, tapi bukan berarti menjatuhkan dengan kalimat yang meremehkan ya. Beri dia waktu dan solusi cerdas kalau kamu memang punya solusi. Pantau dia, apakah dia cukup bersemangat untuk menjalankan solusi baru itu, atau ada suatu masalah yang mengganggunya. Yang terpenting adalah jangan meremehkan kekuatan temanmu yang sedang berjuang. 

Itulah beberapa kalimat toxic positivity. Kamu lebih sering mengatakannya pada orang lain atau sering yang mendengarnya nih?

Editor : Bonifasius Sedu Beribe

Tags :
BERITA TERKAIT