LABVIRAL.COM - Untuk meningkatkan keperkasaan dan gairah seksual dengan pasangannya, banyak pria memilih untuk mengonsumsi pil biru.
Secara bertahun-tahun fenomena penggunaan pil biru di kalangan para pria sudah menjadi sangat luas. Tapi, sayangnya banyak dari mereka yang tidak mengetahui cara penggunaan dan cara kerja pil biru serta apa efek sampingnya bagi kesehatan.
Menurut dokter anti aging dan sexologist, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), fenomena pil biru di masyarakat Indonesia ini sudah terjadi lama dan presepsi masyarakat tidak sedikit yang meyakini bahwa pil biru ini merupakan obat untuk meningkatkan hasrat atau libido. Padahal, sejatinya pil biru ini tidak akan bekerja kalau tidak ada hasrat atau libido yang muncul.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Bidadari Surga' Cover Syakir Daulay feat Adiba Uje Baper Maksimal
Dijelaskan dr. Haekal, pil biru merupakan obat erektogenik atau obat yang menghambat enzim PDE 5 yang diindikasikan untuk membantu meningkatkan dan mempertahankan kekerasan ereksi penis yang optimal, sehingga laki-laki dapat melakukan performa seksual yang memuaskan.
"Pil biru bekerja secara mekanik bekerja untuk membantu meningkatkan dan mempertahankan kekerasan ereksi penis. Jadi, ini bukan obat untuk meningkatkan hasrat, libido atau meningkatkan stamina pria. Kalau misalnya ada gangguan pada libido atau gairah seksualnya, maka dengan mengonsumsi obat ini tidak akan memberikan hasil," jelasnya kepada LABVIRAL.com beberapa waktu di Quickglam Clinic Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Lantas, bagaimana cara kerja pil biru?
dr Haekal menjelaskan, pil biru ini bekerja dengan cara menghambat enzim PDE 5. Jadi, pada saat tubuh laki-laki mendapatkan stimulasi seksual (baik berupa penglihatan, perabaan atau fantasi) maka otak akan mengirimkan sinyal ke sel endotel yang ada di corpus cavernosum penis dan hal ini akan membuat sel endotel memproduksi NO (nitric oxide) dan NO akan mengubah sejumlah zat kimiawi di dalam tubuh kita. Salah satunya adalah mengubah menjadi senyawa cGMP.
Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Pria di Indonesia Mengalami Disfungsi Ereksi
Senyawa cGMP inilah yang membuat sel otot polos yang ada di corpus cavernosum penis relaksasi sehingga arteri akan terbuka dan dialiri oleh darah dan vena akan terjepit. Maka, hal inilah yang akan membuat penis menjadi tegang dan keras sepenuhnya.
"Jadi, secara alami senyawa cGMP ini akan dikonversi oleh enzim PDE 5 menjadi GMT. Nah, pil biru bekerja dengan cara menghambat kerja enzim PDE 5 ini, sehingga si GMT tetap dipertahankan sehingga ereksi tetap terjadi dan aliran darah akan semakin banyak terakumulasi di dalam corpus cavernosum penis sehingga penis tetap keras tegang dan bertahan ereksinya," ungkapnya.
Lalu apakah aman mengonsumsi pil biru?
dr Haekal mengatakan, kalau sebenarnya pil biru ini aman-aman saja untuk dikonsumsi. Asalkan, sesuai dengan indikasinya, yaitu untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Baca Juga: Lirik Lagu 'The Power of Love' Celine Dion Cocok Untuk Ungkapkan Rasa Cinta
"Makanya ketika seorang laki-laki mengalami gangguan fungsi, maka dia harus datang ke dokter untuk dicari tahu apa penyebabnya. Sebab, pil biru ini hanya bisa bekerja dengan baik kalau tidak ada gangguan libido seksual."
"Kalau misalnya ada gangguan di libido seksualnya, maka kemungkinan penyebabnya adalah karena faktor hormonal, yaitu penurunan hormon testosteron sehingga mesti diatasi dulu gangguan hormon yang tadi," ujar dia.
Oleh karena itu, dr Haekal pun mengingatkan kepada masyarakat untuk paham betul bahwa pil biru ini tidak bisa membuat langsung ereksi penisnya. Jadi, tetap harus membutuhkan rangsangan seksual dan tentunya harus ada libido seksual dan pil biru ini hanya dikonsumsi sebelum melakukan hubungan seksual.
Baca Juga: Cara Menyucikan Najis Mughalladhah, Air Saja Tidak Cukup
Sementara, berdasarkan penelitian, pil biru ini tidak akan menyebabkan ketagihan bagi penggunanya. "Sudah ada penelitiannya, penggunaan pil biru selama empat tahun tingkat kepuasan laki-laki dengan mengonsumsi pil biru ini di atas angka 95 persen, artinya tidak ada resistensi atau kecanduan," bebernya.
"Karena kalau misalnya kecanduan maka akan ada peningkatan dosis, tapi pada penelitian penggunaan selama empat tahun tidak ada peningkatan dosis dan angka kepuasan tetap di atas 95 persen," tukasnya.
Editor : Arief Munandar