Ketika dijalankan, aplikasi itu terhubung ke server milik penjahat siber dan mengumpulkan URL iklan yang ditampilkan di browser pengguna sebagai iklan WebView layar penuh. Di saat inilah, daya ponsel akan terkuras.
Menurut Bitdefender, software jahat itu sudah aktif sejak Oktober 2022. Perusahaan itu juga mengeklaim bahwa eksistensi malware itu kemungkinan besar tetap ada dan hanya bisa dideteksi dengan teknologi khusus.
Apabila ditelusuri di daftar aplikasi melalui menu pengaturan ponsel, aplikasi yang disusupi malware itu akan muncul tanpa ikon dan nama aplikasi.
Dari puluhan ribu aplikasi Android yang disusupi adware, 55 persen di antaranya menargetkan pengguna di Amerika Serikat. Target lainnya yaitu Korea Selatan, Brasil dan Jerman.
Nah, mengingat risiko malware tersebut, pengguna disarankan untuk mengunduh aplikasi dari toko aplikasi resmi macam Google Play Store.***
Editor : Yusuf Tirtayasa