LABVIRAL

Anaknya Kecanduan Game, Seorang Ibu Tuntut EA Sports dan Studio Lainnya

Ilustrasi Game (Sumber : pexels.com/EVG Kowalievska)

LABVIRAL.COM - Kecanduan game bagi sebagian orang merupakan masalah besar, terlebih lagi jika terjadi di kalangan anak-anak. Wajar apabila di kemudian hari, ada orang tua yang resah dan gelisah karena anaknya terlalu sering bermain game.

Itulah yang dirasakan seorang ibu di Arkansas, di mana anaknya kecanduan game sehingga sulit untuk berinteraksi dengan dunia nyata.

Akibatnya, ibu tersebut sampai nekat menggugat perusahaan raksasa video game seperti Activision Blizzard, EA, Epic Games, Microsoft, dan Ubisoft atas kerugian yang dialaminya. Seperti apa ceritanya? Simak sampai habis artikel ini ya!

Baca Juga: Cara Join Turnamen Fighting Game di Motion Ime Fest Bersama Windah Basudara, Total Prizepool Rp10 Juta

Minta ganti rugi

Sang penggugat adalah Casey Dunn dan Thomas Dunn, yang gugatannya dilaporkan telah diajukan di Arkansas atas nama putra mereka, yang berinisial GD dalam dokumen hukum. Dalam gugatan tersebut, mereka meminta ganti rugi atas cedera dan biaya yang timbul akibat kecanduan video game yang dialami anaknya.

Melansir Dexerto pada Kamis, 9 November 2023, beberapa game yang disebutkan seperti Battlefield, Call of Duty, Fortnite, dan Rainbow Six.

GD sendiri baru berusia tiga belas tahun dan bermain game di ponsel Android, Nintendo Switch, dan Xbox Series X. Selain itu, ia juga bermain game melalui layanan berlangganan Xbox Game Pass dan streaming.

Dokumen hukum sebagaimana diposting oleh Insider Gaming mencantumkan perusahaan-perusahaan besar sebagai tergugat, bersama Infinity Ward, Treyarch Corp, dan Sledgehammer Games, sebagai bagian dari gugatan kecanduan video game.

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Seremoni Pembukaan Piala Dunia U-17 2023 yang Dijanjikan Meriah, Ada Penampilan Wika Salim dan Aurelie Moeremans

Dampak buruk

Menurut penggugat, video game yang dimainkan anaknya telah menyebabkan beberapa cedera, termasuk nyeri fisik di tangan, siku, dan bahu, berkurangnya interaksi sosial, penurunan nilai dan ketidakmampuan untuk bersekolah, hingga depresi.

Bahkan, ketagihan bermain game juga disebut-sebut sebagai penyebab kurangnya minat pada olahraga atau hobi lain, kehilangan dan/atau kurangnya teman di sekolah, gejala penarikan diri seperti kemarahan, kemarahan, ledakan fisik, rasa sakit dan penderitaan, penderitaan mental serta tekanan emosional.

Dari segi materi, penggugat mengklaim selalu menghabiskan uang senilai $350 sebulan untuk bermain game.

Baca Juga: Fakta-fakta Menarik The Legend of Zelda yang Segera Dibikin Film Live Action

“Sebagai seorang ibu, saya tahu saya harus melakukan sesuatu untuk memastikan mereka tidak merusak kesejahteraan dan masa depan anak-anak kami," kata dia sebagaimana dikutip dari Dexerto.

Sejauh ini, kecanduan video game dianggap menjadi suatu hal yang nyata, dan segala upaya untuk mengekangnya (terutama dalam judul yang ditujukan untuk anak-anak) harus didorong.***

Editor : Hadi Mulyono

Tags :
BERITA TERKAIT