LABVIRAL.COM - Handphone telah menjadi alat yang digunakan sehari-hari. Selain mengakses layanan informasi, perangkat handphone juga bisa dipakai untuk beberapa pekerjaan. Namun, pengguna akan kesulitan jika baterai handphone yang digunakan habis atau lowbat.
Pemerintah menyediakan fasilitas stasiun pengisian daya (charging station) di tempat-tempat umum seperti stasiun, bandara, bahkan mal. Ini dibuat agar pengunjung atau pengguna fasilitas tersebut tak perlu khawatir jika baterai sedang lowbat.
Namun, belakangan terdapat isu tempat pengisian daya tersebut justru menjadi tempat penyebaran perangkat lunak berbahaya (malicious software/malware). Khususnya pada charging station yang menggunakan model port usb.
Yang paling baru, FBI (Biro Investigasi Federal Amerika Serikat) juga mengeluarkan peringatan agar orang-orang menghindari ngecas HP di charging station di area publik, dikutip KompasTekno dari CBS News, Selasa (25/4/2023).
Dalam sebuah twit, FBI mengungkapkan bahwa aktor jahat sudah menemukan cara untuk menyuntikkan malware dan software pengintai ponsel ke port USB yang ada di charging station.
Baca Juga: 6 Aplikasi Antivirus untuk Handphone Android, Gratis dan Dijamin Ampuh
FBI menyarankan, lebih baik pengguna membawa kabel dan adapter charger miliknya sendiri, lalu mencolokkannya ke stop kontak yang ada di area publik, termasuk di charging station.
Namun, jangan gunakan metode pengecasan lewat port USB di charging station. Alternatif lainnya, pengguna smartphone bisa membawa power bank miliknya sendiri.
Secara teknis ketika pengguna memakai layanan pengisian daya gratis, peretas akan menginfeksi ponsel pengguna menggunakan malware. Dengan begitu, mereka bisa mencuri data pribadi atau rahasia yang disimpan di ponsel.
Praktik ini disebut Juice Jacking, yaitu serangan keamanan dengan menargetkan perangkat yang terhubung melalui USB.
Komponen utama yang berperan dalam praktik ini adalah port USB yang dihubungkan untuk mengisi daya ke ponsel. Nah, slot USB yang digunakan itu kemungkinan bisa dihubungkan ke perangkat yang berbeda oleh peretas.
Dengan demikian, ketika pengguna menghubungkan ponselnya ke salah satu port pengisian daya itu, ponselnya menjadi rentan dan bisa jadi target pencurian data.
Di samping itu, peretas bisa mengendalikan ponsel pengguna dan melakukan aneka tindakan termasuk aksi kejahatan siber.***
Editor : Yusuf Tirtayasa