LABVIRAL

Keluar dari Google, Geoffrey Hinton Takut dengan Teknologi AI yang Dibangun

Geoffrey Hinton (Sumber : Masahiro Sugimoto / The Yomiuri Shimbun via AFP)

LABVIRAL.COM - Geoffrey Hinton, seseorang yang mengembangkan beberapa teknik paling penting di jantung kecerdasan buatan (AI) modern, mengumumkan pengunduran diri setelah satu dekade bekerja untuk Google pada Selasa (2/5/2023).

Dirinya mengungkap adanya "ketakutan" pada masalah baru tentang AI. Hinton yang terkejut dengan kemampuan model bahasa baru yang besar seperti GPT-4, ingin meningkatkan kesadaran publik akan risiko serius yang kini dia yakini dapat menyertai teknologi yang dia hadirkan.

Ilmuwan komputer berusia 75 tahun, yang merupakan penerima Turing Award 2018 untuk karyanya dalam deep learning, mengaku sudah terlalu tua untuk melakukan pekerjaan teknis yang membutuhkan banyak detail.

Tapi itu bukan satu-satunya alasan dia meninggalkan Google. Baginya, sangat nyata bahwa AI akan berubah menjadi bencana.

Meninggalkan Google rupanya membuatnya berbicara tanpa sensor diri yang harus dilakukan oleh eksekutif Google. "Saya ingin berbicara tentang masalah keamanan AI tanpa harus khawatir tentang bagaimana interaksi dengan bisnis Google," katanya dilansir MIT Technology Review.

"Selama saya dibayar oleh Google, saya tidak bisa melakukan itu," tambahnya.

Baca Juga: Google Akan Tambahkan AI Generatif ke Mesin Pencari

Hinton mengatakan bahwa generasi baru model bahasa besar, terutama GPT-4, yang dirilis OpenAI pada bulan Maret telah membuatnya sadar bahwa mesin berada di jalur yang tepat untuk menjadi jauh lebih pintar daripada yang dia kira. 

Dirinya takut tentang bagaimana hal itu bisa terjadi. “Hal-hal ini sama sekali berbeda dari kita. Terkadang saya berpikir seolah-olah alien telah mendarat dan orang-orang tidak menyadarinya karena mereka berbicara bahasa Inggris dengan sangat baik," ketusnya.

Dirinya mendapat firasat pertama bahwa teknologi ini bisa jadi luar biasa. Ketakutan Hinton mungkin akan menyerang banyak orang sebagai fiksi ilmiah. Seperti namanya, model bahasa besar seperti GPT-4 dibuat dari jaringan saraf masif dengan jumlah koneksi yang sangat banyak. 

"Tapi mereka kecil dibandingkan dengan otak. Otak kita memiliki 100 triliun koneksi,” sebut Hinton. 

"Model bahasa besar memiliki hingga setengah triliun, paling banyak satu triliun. Namun GPT-4 tahu ratusan kali lebih banyak daripada yang diketahui siapa pun. Jadi mungkin itu sebenarnya memiliki algoritma pembelajaran yang jauh lebih baik daripada kami," jelasnya.

Menurutnya, orang-orang juga terbagi atas apakah konsekuensi dari bentuk kecerdasan baru. “Apakah menurut Anda kecerdasan super akan baik atau buruk sangat bergantung pada apakah Anda seorang yang optimis atau pesimis,” tutur dia. 

"Saya agak tertekan. Itulah sebabnya aku takut," gumamnya. Hinton khawatir alat ini mampu menemukan cara untuk memanipulasi atau membunuh manusia yang tidak siap dengan teknologi baru.

Dia sangat khawatir bahwa orang dapat memanfaatkan alat yang dia sendiri bantu hadirkan, terutama pemilihan umum dan perang.

“Saya tiba-tiba mengubah pandangan saya tentang apakah hal-hal ini akan lebih cerdas dari kita. Saya pikir mereka sangat dekat dengan itu sekarang, dan mereka akan jauh lebih pintar dari kita di masa depan. Bagaimana kita bertahan dari itu?" pungkasnya.

Editor : Yusuf Tirtayasa

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI