LABVIRAL.COM - Negara Indonesia memiliki kekayaan ragam tata bahasa dan aksen. Tak jarang pula kita menggunakan kekayaan tata bahasa Indonesia tersedia dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa yang dimaksud dengan ungkapan kata buaya darat, yang hadir setiap hari.
Diketahui, ungkapan berasal dari kebiasaan, termasuk buaya darat. Ungkapan biasanya digunakan seseorang untuk mengiaskan sesuatu, termasuk buaya darat.
Perlu diketahui, ungkapan terdiri atas gabungan dua kata atau lebih. Ungkapan disebut juga dengan idiom. Idiom ialah kata atau frasa yang memiliki makna kiasan. Penggunaannya secara umum dipahami sebagai ekspresi terpisah dari arti harfiah atau definisi dari kata yang dibuat/digunakan.
Baca Juga: 20 Tebak-tebakan Kocak Tema Buah yang Bikin Ketawa Bahagia, 'Buah Apa yang Durhaka'?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), idiom mempunyai arti konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya.
Sering kali kita mendengar ungkapan, seperti buaya darat, kaki lima, dan tikus kantor. Sebagai contoh, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan ungkapan buaya darat.
Ungkapan buaya darat termasuk jenis kiasan sehingga penggunaan buaya darat bukan dalam arti yang sebenarnya.
Tahukah kamu, sebenarnya buaya ialah hewan yang sangat setia. Konon, buaya jantan hanya kawin satu kali dan hanya memiliki pasangan satu dalam seumur hidupnya meskipun buaya betina yang menjadi pasangannya mati lebih dahulu.
Itulah sebabnya dalam tradisi budaya Betawi, buaya dijadikan sebagai lambang kesetiaan dan kelanggengan dalam sebuah rumah tangga. Roti buaya kerap digunakan sebagai hantaran, sajian, atau seserahan wajib dalam acara pernikahan tradisional Betawi.
Makna dari roti buaya sebagai lambang agar pasangan yang akan menikah nanti akan menjadi pasangan setia seumur hidupnya, sebagai simbolisasi janji sehidup semati.
Hal itu juga dibuktikan dalam jurnal yang dikeluarkan kelompok peneliti dari Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) di Louisiana, Amerika Serikat pada 2008.
Editor : Rozi Kurnia