LABVIRAL.COM - Di Indonesia, botox sudah resmi terdaftar sebagai salah satu perawatan kecantikan yang mampu mengencangkan kulit atau biasa disebut antipenuaan.
Selain untuk kecantikan atau estetika, botox juga kerap digunakan untuk mengatasi kondisi medis tertentu, misalnya gangguan saraf.
Botox adalah protein yang terbuat dari toksin Botulinum dan diproduksi oleh bakteri clostridium botulinum. Ini adalah racun yang sama dengan yang menyebabkan botulisme. Meskipun botox disebut sebagai racun, tetapi ketika dokter menggunakannya dengan benar dan dalam dosis kecil, ini bisa bermanfaat.
Baca Juga: Hati-hati! Suntik Botox Bisa Timbul Efek Samping
Racun saraf yang dimiliki botox menargetkan sistem saraf dan akan menganggu proses sinyal saraf yang merangsang kontraksi otot sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan otot sementara.
Agar setiap otot berkontraksi, saraf melepaskan pembawa pesan kimia yang disebut asetilkolin di persimpangan tempat ujung saraf bertemu sel otot. Asetilkolin menempel pada reseptor pada sel otot dan menyebabkan sel berkontraksi, atau memendek.
Suntikan botox mencegah pelepasan asetilkolin, yang menghentikan sel-sel otot berkontraksi. Inilah yang membuat keriput atau kerutan di kulit sekitar lokasi penyuntikan tampak berkurang atau bahkan hilang.
Baca Juga: Ini Tanda-tanda Wanita Harus Melakukan Suntik Botox
Dalam pengerjaannya, suntik botox tak butuh waktu lama yakni hanya butuh beberapa menit saja. Biasanya dokter akan langsung menyuntikkan botox ke area yang mengalami kerutan. Selama prosesnya, pasien akan merasa sedikit tidak nyaman. Sedangkan untuk hasilnya, biasanya butuh waktu 7 hingga 14 hari untuk bisa terlihat.
Saya tahan dari botox selama 3-6 bulan. Setelah itu, lambat laun otot akan berkontraksi kembali dan kerutan di kulit dapat muncul kembali. Tapi tak perlu khawatir, kerutan yang muncul tidak akan separah sebelumnya karena otot akan mengerut setelah lama dilumpuhkan.
Editor : Arief Munandar