LABVIRAL

Jelang Pemilu 2024, TikTok Berpotensi Jadi Platform Penyebar Hoaks

Ilustrasi TikTok (Sumber : Bisnis Insider)

LABVIRAL.COM - Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna TikTok terbesar. Terlebih jika mendekati waktu pemilihan umum (Pemilu) yang akan diselenggarakan pada 2024 nanti. Beragam informasi mudah sekali tersebar pada platform tersebut.

Menanggapi kondisi tersebut, Assistant Professor of Communication Studies College of Arts and Sciences Northern State University Nuurrianti Jalli mengatakan, bahwa para peneliti dan organisasi masyarakat sipil harus mulai mengawasi potensi dampak TikTok di Indonesia. Karena, Indonesia akan segera menyelenggarakan pemilu pada Februari 2024 nanti. 

Sehingga potensi disinformasi atau hoaks akan mudah sekali beredar pada platform tersebut. Terlebih, terkait hal yang berbau politik dan adu domba.

"Oleh karena itu, penelitian terkait potensi dampak TikTok terhadap opini publik Indonesia. Sementara itu, publik juga harus menekan TikTok untuk meningkatkan sistem pengawasannya," kata Nuurrianti, dikutip dari theconversation, Selasa (13/5/2023).

Baca Juga: TikTok Kembangkan Teknologi AI Chatbot untuk Memudahkan Pengguna Mencari Konten

Nuurrianti mengungkapkan, Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai kelompok etnis dan agama, munculnya ujaran kebencian etnoreligius serta misinformasi dan disinformasi di ranah digital telah muncul sebagai masalah yang mendesak.

"Propaganda etnoreligius, termasuk ujaran kebencian, misinformasi, dan disinformasi, tidak dapat dimungkiri telah tersebar luas di berbagai platform media sosial," tuturnya.

Dia melanjutkan, kini TikTok telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan semakin populer, terutama di kalangan anak muda di Asia Tenggara. Hal menggarisbawahi perannya yang signifikan dalam membentuk opini dan perilaku publik.

TikTok yang merancang algoritme untuk menunjukkan kepada pengguna, konten berdasarkan minat mereka, menciptakan ruang gema yang semakin memperkuat kepercayaan dan bias yang ada. Format video pendek TikTok memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan platform berbasis teks tradisional.

Durasi video yang terbatas menyulitkan untuk adanya pemberian konteks dan pengecekan fakta atas informasi yang disajikan, menjadikannya lahan subur bagi penyebaran ujaran kebencian dan misinformasi.

Editor : Yusuf Tirtayasa

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI