LABVIRAL.COM - Para astronom berhasil memotret foto pertama black hole atau lubang hitam saat mengeluarkan semburan yang dahsyat. Foto terbaru yang dirilis menampilkan lubang hitam supermasif yang dahsyat di jantung galaksi Messier 87 (M87), lubang hitam pertama yang pernah dipotret secara langsung oleh manusia.
Dilansir Space, foto ini untuk pertama kalinya menunjukkan bagaimana dasar semburan astrofisika yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya itu terhubung dengan materi yang berputar-putar di sekeliling lubang hitam supermasif sebelum akhirnya disalurkan ke permukaan lubang hitam, sebuah proses yang oleh para astronom dinamakan akresi.
Foto-foto sebelumnya dari pusat lubang hitam M87 berhasil memotret semburan yang dipancarkan dan lubang hitam supermasif itu sendiri, tapi tidak memotret kedua fitur tersebut secara bersamaan.
"Foto baru ini melengkapi foto sebelumnya dengan menunjukkan wilayah di sekitar lubang hitam dan jet secara bersamaan," kata anggota tim peneliti Jae-Young Kim, dari Kyungpook National University di Korea Selatan dan Max Planck Institute for Radio Astronomy dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Ex Astronot NASA Bagi Tips Praktis Atasi Jet Lag
Foto bersejarah pertama dari lubang hitam supermasif pusat M87, yang memiliki massa 6,5 miliar kali massa matahari dan terletak 55 juta tahun cahaya dari Bumi, diambil oleh kolaborasi Event Horizon Telescope (EHT) pada tahun 2017 dan diluncurkan dua tahun kemudian.
Foto baru M87 dan aliran gas yang keluar darinya dibuat dengan menggunakan data tahun 2018 dari teleskop radio Global Millimeter VLBI Array (GMVA), Teleskop Greenland, dan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), yang bekerja sama membentuk instrumen virtual seukuran Bumi (seperti yang dilakukan oleh jaringan EHT).
Sebagian besar atau semua galaksi besar diyakini memiliki lubang hitam supermasif di jantungnya. Dan sebagian dari raksasa ini, seperti yang ada di pusat M87, melahap materi dalam jumlah besar dalam bentuk gas dan debu, bahkan bintang-bintang malang yang berada terlalu dekat.***
Editor : Yusuf Tirtayasa