LABVIRAL.COM - Fenomena meninggal dalam kesepian atau godoksa tengah menjadi persoalan serius yang melanda Korea Selatan. Setidaknya selama satu dekade terakhir, ribuan orang tercatat telah meninggal dunia dalam keadaan sendiri tanpa sanak saudara.
Pemerintah setempat yang menyikapi fenomena tersebut terus mendalaminya demi menemukan solusi yang tepat.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kematian yang sepi? Benarkah fenomena ini didasari karena faktor kejombloan sehingga tidak memiliki pasangan seumur hidup? Temukan ulasan selengkapnya di bawah ini!
Baca Juga: Ide Gila Dokter Australia Ubah Mobil Sport Nissan GT-R Jadi Ambulans, Gimana Jadinya?
Apa Itu Kematian dalam Kesepian?
Melansir dari CNN, Korea Selatan yang kita kenal sebagai negara penuh ingar bingar dunia hibutran nyatanya sedang menghadapi masalah mengerikan.
Negara yang terkenal akan gingseng berkualitasnya itu tengah jungkir balik untuk menangani fenomena kematian dalam kesepian.
Kematian yang sepi ialah kejadian saat seseorang meninggal dunia sendirian, tanpa memiliki keluarga, kerabat atau bahkan teman dekat. Mereka meninggal dengan beberapa cara seperti sakit hingga mirisnya ada yang nekat bunuh diri.
Biasanya jasad orang-orang yang menghembuskan nafas terakhir dalam sepi (godoksa) ditemukan setelah beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.
Baca Juga: 5 Ciri Suami Selingkuh, tapi Masih Sayang Istri
Bisa dibayangkan betapa memprihatinkannya seseorang ketika di akhir hidup tidak mempunyai orang terdekat yang mengurus kematiannya.
Sejumlah faktor yang mendorong pesatnya fenomena mati dalam sepi tersebut mulai dari krisis demografi, kesenjangan sosial, kemiskinan dan semakin diperparah sejak adanya COVID-19.
Kaum Pria Paling Berisiko
Selama sepuluh tahun terakhir, pemerintah Korea Selatan melalui Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan telah menemukan ribuan orang yang meninggal dalam kesendirian.
Pada tahun 2021 silam, sebanyak 3.378 orang meninggal dalam sepi yang itu artinya naik dari 2.412 pada tahun 2017.
Dari data yang dihimpun tersebut, kaum pria paruh baya menjadi golongan yang rentan mati dalam kesepian, diikuti orang-orang lanjut usia.
Baca Juga: Jadwal Imsak Bintan 2023, Lengkap Jadwal Buka Puasa dan Waktu Sholat Bintan Ramadhan 2023
Pria di Korsel mengalami mati dalam kesepian sebanyak 5,3 kali lipat daripada wanita pada tahun 2021 atau naik dari empat kali lipat sebelumnya.
Kemudian untuk orang-orang lansia umur 50-an dan 60-an tercatat sebanyak 60% kematian kesepian pada tahun 2021.
Atas fenomena masalah demografi ini, pemerintah Korsel sampai menerbitkan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Kematian Kesepian pada tahun 2021.
Tujuannya adalah untuk membantu seseorang yang terlalu lama sendiri untuk mencegah kematian yang kesepian.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Transmisi Mobil Matic yang Harus Kamu Tahu
“Dalam mempersiapkan masyarakat lanjut usia, penting untuk secara aktif menanggapi kematian yang kesepian,” kata Badan Penelitian Legislatif Korea Selatan.
Patroli Rutin oleh Pemerintah
Penanganan serius yang dilakukan pemerintah Korea Selatan tidak sekadar membuat undang-undang namun juga menerjunkan tim khusus ke lapangan.
Tahun 2018 misalnya, Pemerintah Kota Seoul membuat program yang diberi nama neighborhood watcher atau “pengawas lingkungan.”
Program tersebut menugaskan setiap anggota masyarakat untuk mengunjungi rumah tangga satu orang di daerah rawan seperti apartemen bawah tanah dan perumahan padat penduduk.
Baca Juga: 4 Tips Merawat Anak Kucing Tanpa Induk, Jangan Anggap Sepele
Selanjutnya pihak rumah sakit, pemilik tanah dan bangunan, dan staf toko serba ada akan berperan sebagai "penjaga.”
Mereka harus segera melapor kepada pengawas apabila seseorang, misalnya penyewa apartement tidak terlihat dalam waktu yang lama.
Upaya lain juga digencarkan pemerintah Ulsan, Seoul dan Jeonju yang meluncurkan aplikasi seluler bagi mereka yang tinggal sebatang kara.
Aplikasi tersebut secara otomatis akan mengirimkan pesan ke kontak darurat apabila ponsel tidak aktif selama kurun waktu tertentu.
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Cho Kyu-hong menegaskan bahwa saat ini Korea Selatan sedang meniru Inggris dan Jepang dalam melancarkan strategi menghadapi fenomena meninggal dalam kesendirian.
“Analisis ini bermakna sebagai langkah awal bagi pemerintah pusat dan daerah untuk secara bertanggung jawab menangani krisis titik buta baru dalam kesejahteraan ini,” kata Cho Kyu-hong.
Kita berharap semoga fenomena meninggal dalam kesepian seperti yang dialami Korea Selatan segera bisa diatasi. Adapun kita yang ada di Indonesia, tetap jaga silaturahmi agar di akhir hayat ada kerabat dekat yang bersedia membantu.
Editor : Arief Munandar