LABVIRAL

Sejarah Ketupat, Makanan Khas Lebaran yang Menjadi Media Dakwah Sunan Kalijaga

Ketupat Hidangan Wajib Di Hari Lebaran, Simak Cara dan Tips Memasaknya Dijamin Anti Gagal! (Sumber : Instgaram/@tanjungdhimasbintoro)

LABVIRAL.COM - Siapa yang sudah makan ketupat di momen lebaran 2023 ini? Ya, makanan khas tersebut memang sangat identik dengan perayaan hari raya lebaran.

Ketupat di Indonesia memang sudah ada sejak lama. Makanan ini sudah menjadi bagian dari tradisi di berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satunya, tradisi makan ketupat sendiri selalu identik dengan perayaan Idulfitri. Jika ditelusuri lebih jauh, keberadaan ketupat yang selalu lekat dengan perayaan Idulfitri ini sudah ada sejak zaman Wali Songo.

Beberapa sumber menyebut bahwa keberadaan ketupat juga menjadi salah satu simbol hari raya umat Islam pada masa Kerajaan Demak. Pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Raden Patah pada abad ke-15 itu, ketupat sudah populer diproduksi.

Selain itu, keberadaan ketupat memang menjadi simbol dan identitas masyarakat pesisir. Apalagi dengan banyaknya pohon kelapa, tentu pembuatan ketupat sangat banyak dijumpai.

Baca Juga: Lirik dan Sejarah Lagu Gugur Bunga Yang Membuat Trenyuh

Baca Juga: Sejarah Sidang Isbat di Indonesia untuk Menentukan Hari Raya Idul Fitri

Baca Juga: Tradisi Pedang Pora dalam Pernikahan Prajurit Militer! Mari Mengenal Makna, Sejarah Hingga Biayanya


Ketupat dan Dakwah Islam

Salah satu Wali Songo yang memanfaatkan ketupat sebagai sarana jalur dakwah adalah Sunan Kalijaga. Dengan menggunakan medium ketupat, Sunan Kalijogo menggunakannya untuk semakin dekat dengan masyarakat.

Sunan Kalijaga mempopulerkan ketupat ke masyarakat dan digunakan sebagai simbol lebaran ketupat. Biasanya, perayaan lebaran ketupat ini dilakukan seminggu setelah Idulfitri. Adanya perayaan lebaran ketupat juga dimaknai sebagai hari raya setelah enam hari puasa Syawal.

Selain ada pada waktu hari raya, ketupat dalam masyarakat pesisir dan agraris biasanya digunakan petani untuk melakukan tradisi slametan. Hal ini ditujukan sebagai bentuk syukur terhadap Dewi Kemakmuran, yakni Dewi Sri.

Keberadaan Dewi Sri ini memang sudah ada sejak masa sebelum kedatangan Islam, seperti masa Kerajaan Majapahit dan Padjajaran.

Kemudian, pada saat Islam masuk, tradisi membuat ketupat tak langsung hilang. Seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga misalnya, yakni memadukan atau akulturasi tradisi sebelum Islam masuk sampai Islam menyebar.

Perkembangan ketupat pun masih terjaga sampai masa Kerajaan Demak dan Mataram Islam yang mulai muncul. Di kerajaan yang bercorak Islam tersebut, dalam hal upcara adat, selalu menempatkan ketupat di dalamnya.

Ketupat yang selalu disajikan pada saat adanya perayaan tersebut hingga kini masih eksis terjaga. Bahkan, pada dewasa ini ketupat bisa dijumpai di mana-mana. Hidangan yang seperti kupat tahu, kupat glabet, ketupat sayur, gado-gado, bakso, dan lain sebagainya sudah cukup menunjukkan keberadaan ketupat.***

Editor : Efendi AW

Tags :
BERITA TERKAIT