3. Validasi Perasaan Anak
Kalimat seperti, “Aku tahu kamu sedih,” lebih menenangkan daripada, “Jangan nangis, itu biasa aja.” Anak butuh dipahami, bukan dibungkam.
4. Maafkan Diri Sendiri
Ketika merasa gagal, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Anak tidak butuh orang tua yang sempurna, tapi orang tua yang terus berusaha dan tumbuh bersama mereka.
Tinjauan Pribadi: Pengalaman Menjadi Orang Tua yang Belajar
Sebagai orang tua, saya pun pernah merasa tidak cukup baik. Pernah kehilangan kesabaran, pernah merasa gagal. Tapi justru dari kesalahan itulah saya belajar bahwa Parenting Bukan Soal Sempurna, Tapi Soal Hadir dan Mengerti.
Saya mulai menurunkan ekspektasi, lebih fokus pada membangun koneksi dengan anak. Dan hasilnya? Anak menjadi lebih terbuka, lebih tenang, dan hubungan kami menjadi lebih sehat.
Baca Juga: Tips Berkemah Nyaman di Gunung, Mulai dari Tenda sampai Tidur Nyenyak
Hadir dan Mengerti Adalah Kunci Hubungan yang Kuat
Menjadi orang tua adalah perjalanan panjang yang tidak mudah, tapi penuh makna. Parenting Bukan Soal Sempurna, Tapi Soal Hadir dan Mengerti mengingatkan kita bahwa cinta, kehadiran, dan empati jauh lebih penting daripada aturan sempurna.
Tidak ada kurikulum resmi untuk menjadi orang tua. Tapi selama kita mau terus belajar, mendengarkan, dan menemani anak tumbuh, itu sudah lebih dari cukup.
Pernah merasa gagal sebagai orang tua? Kamu tidak sendiri. Bagikan artikel Parenting Bukan Soal Sempurna, Tapi Soal Hadir dan Mengerti ini ke sesama orang tua agar kita saling menguatkan dan belajar bersama.
Karena anak tidak butuh orang tua yang sempurna. Mereka butuh orang tua yang ada, yang peka, dan yang terus berusaha untuk mengerti.***
Editor : Aryafdillahi HS