LABVIRAL

Yuks Mengenal Stagflasi Ekonomi Yang Bikin Negara Internasional Ketar-Ketir

Illustrasi Stagflasi (Sumber : Pixabay)

Stagflasi Bisa Sebabkan Meningkatnya Misery Index

Istilah stagflasi pertama digunakan oleh Macleod, seorang politikus Inggris di tahun 1960-an. Saat itu, kondisi ekonomi sedang mengalami tekanan besar. Politikus Macleod ketika itu menggambarkan Inggris tengah ditempa stagnasi dan inflasi ekonomi.

Sementara itu, istilah stagnasi ekonomi kemudian digunakan lagi saat periode resesi yang terjadi di tahun 1970-an. Kala itu, krisis bahan bakar menimpa Amerika Serikat. Kondisi tersebut diperparah dengan pertumbuhan PDB yang tidak bagus selama lima kuartal berturut-turut. 

Inflasi pun terus meningkat dua kali lipat hingga tahun 1974. Di lain pihak, tingkat pengangguran di Amerika Serikat waktu itu mencapai hingga 9% pada Mei 1975. Belum lagi soal keterlibatan AS dalam perang Vietnam juga memperunyam situasi (harga minyak naik empat kali lipat).

Baca Juga: Marshel Widianto Punya Anak, Kapan Nikahnya?

Alhasil, seluruh gejolak problematika itu menyebabkan terjadinya rantai peristiwa stagflasi. Pasar saham pun anjlok dan kenaikan harga barang serta jasa menjadi semakin tak terkendali. Tentunya, seluruh umat manusia tak ada yang ingin mimpi buruk stagflasi ini kembali melanda dunia, termasuk di Indonesia.

Menurut Investopedia, stagflasi ditakuti lantaran biasanya kondisi ini dapat menyebabkan kenaikan misery index alias tingkat kesengsaraan manusia.

Indeks ini merupakan ukuran sederhana yang bersumber dari tingkat inflasi serta pengangguran. Misery index kerap digunakan untuk menunjukkan seberapa buruknya kondisi masyarakat sewaktu stagflasi melanda suatu perekonomian atau terjadi di sebuah negara.

Sebagai perbandingan, Myanmar saat ini tengah ditempa stagflasi yang disertai dengan kudeta militer dan permasalahan lainnya yang saling memicu buruknya perekonomian di negara tersebut.

Apa yang Bisa Masyarakat Indonesia Lakukan?

Dody Budi Waluyo selaku Deputi Gubernur BI (Bank Indonesia) dalam podcast Birama secara virtual, pada Desember tahun lalu menyebutkan, saat ini kondisi ekonomi global tengah memasuki fase stagflasi. 

“Kondisi global sudah mau meninggalkan reflasi dan menuju stagflasi, lebih buruk, sebelum nanti masuk ke kondisi resesi. Itu yang dihadapi banyak negara di Eropa dan Amerika,” katanya.

Editor : Dian Eko Prasetio

Tags :
BERITA TERKAIT